Narasi Al Quran tentang Figur Yesus
YESUS merupakan "tokoh sejarah" yang kelahiran dan kehidupannya di dalam panggung sejarah telah menciptakan gelombang gerakan kemanusiaan yang luar biasa, dan pengaruhnya masih berlangsung hingga hari ini. Seorang tokoh teladan kemanusiaan dan sangat penting dalam tradisi Kristiani dan Islam. Dan sebenarnya lewat tokoh inilah hubungan saling pengertian antara Kristen dan Islam bisa dibangun.
Geoffrey Parrinder, seorang Kristiani, ahli teologi Islam di Oxford University, Inggris, menulis sebuah buku yang sangat unik dan menarik berjudul Jesus in The Qur'an (Oxford: Oneworld, 1995). Edisi terjemahannya berjudul Yesus Dalam Quran yang diterbitkan oleh penerbit Bintang Cemerlang.
Buku ini merupakan suatu studi yang cukup mendalam dan simpatik terhadap narasi tekstual Yesus di dalam Al Quran. Buku ini pun ditulis terutama untuk pembaca di dunia Barat, yang dirasa oleh penulis belum terdapat kajian modern dan netral atas ajaran dalam Al Quran tentang Yesus.
***
NAMA diri Yesus dalam Al Quran ialah 'Isa. Nama Yesus berasal dari perkataan bahasa Syiria, Yeshu' , dan dalam bahasa Arab menjadi 'Isa (hlm 12-13). Di dalam Al Quran terdapat tiga surat yang berkaitan dengan Isa, yaitu: surat Al Imran, Al Maidah, dan Maryam. Nama Isa disebut sebanyak 35 kali, dan umumnya turun pada surat-surat Madaniyah, sedangkan sebutan tidak langsung namun berkaitan dengan 'Isa sebanyak 93 kali di dalam 15 surat. Al Quran memberikan sejumlah gelar kehormatan kepada 'Isa lebih besar daripada kepada beberapa tokoh masa lampau lainnya.
'Isa memperoleh setidaknya tiga gelar utama, yaitu: nabi, al-Masih , dan Anak Maryam. Dia seorang nabi karena memiliki kuasa (eksousia) sehingga mampu memperlihatkan mukjizat sebagai tanda atas kenabiannya.
Al Quran pun mengonfirmasikan Yesus sebagai penyembuh yang hebat (Q. 3: 49). Namun, yang paling penting dari status kenabian Isa, sebagaimana nabi-nabi yang lain, bukan pada kemampuannya memperlihatkan mukjizat, tetapi kepeduliannya terhadap orang-orang menderita sakit, miskin, tertindas, dan orang-orang yang sesat jalan hidupnya (hlm 120-121).
Gelar yang lain kepada 'Isa ialah al-Masih (messias, mashiah, kristus) , yang arti harfiah ialah "diurapi". Sebelum Islam datang kata al-Masih memang sudah dikenal di Arabia bagian selatan.
Di dalam Al Quran sebutan al-Masih disebutkan sebanyak 11 kali, semuanya dalam surat Madaniyah. Di dalam bahasa Ibrani kata mashiah digunakan untuk mengacu pada seorang raja atau juru selamat yang dinanti-nantikan.
Kata itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Kristos . Jadi, nama Isa al-Masih adalah identik dengan Yesus Kristus.
Bisa juga kata al-masih dikaitkan dengan kata masaha dalam bahasa Arab, artinya membasuh atau menyentuh, yang secara simbolis-ritual dalam berwudlu, yaitu membasuh muka untuk mensucikan diri sebelum melakukan shalat.
Gelar lain terhadap 'Isa yang sering disebut di dalam Al Quran ialah Anak Maryam ('Isa Ibn Maryam). Kisah kelahiran 'Isa Ibn Maryam dijelaskan dua kali secara rinci dalam Al Quran. Memang para malaikat memberi tahu Maryam akan kedatangan sebuah kalimah (perkataan atau logos) dari Tuhan 'yang bernama al-Masih" (Q. 3:45).
"Anak Maryam dan ibunya" dikatakan telah dipilih sebagai tanda karena ia memberikan keterangan dan bukti-bukti tentang Tuhan (Q. 2: 87, Q. 23:50, Q. 43:63). Anak Maryam digunakan sebagai "perumpamaan" melawan orang-orang musryik, karena ia datang dengan kebijaksanaan dan menunjukkan kesalehan kepada Tuhan (Q. 43: 57-63).
Gelar Anak Maryam sedemikian menakjubkan sehingga para pakar tafsir modern pun mendiskusikannya. Seorang pakar tafsir modern, Muhammad Ali, berpendapat bahwa gelar itu ditambahkan untuk menunjukkan bahwa 'Isa juga mengalami kematian seperti nabi-nabi Tuhan yang lain.
Sementara pakar tafsir lainnya, Baidawi, mengatakan bahwa gelar itu dipakai untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa 'Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Terlepas dari beragamnya pendapat ahli tafsir, gelar itu dapat diterima dengan baik oleh Islam karena dipergunakan sebagai nama kehormatan.
***
KAJIAN Geoffrey Parrindar dalam bukunya Yesus Dalam Quran menunjukkan bahwa Yesus merupakan salah satu dari sekian nabi yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dan terhormat dalam Islam. Sayangnya, apresiasi umat Islam terhadap tokoh ini relatif kurang.
Barangkali secara psikologis hal ini disebabkan oleh imbas warisan sejarah (salah satunya Perang Salib) antara umat Islam dan Kristiani, sehingga persepsi umat Islam tentang Yesus Kristus terkena polusi politis-historis. Yesus lalu dipersepsikan dan diasosiasikan oleh umat Islam sebagai figur yang ikut berperan secara tidak langsung dalam konflik yang berkepanjangan antara umat Islam dan Kristen yang telah "terbaratkan" itu.
Kita sering lupa bahwa semua nabi adalah bersaudara dan mereka membawa misi tauhid. Apalagi di dalam rukun iman umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada kitab suci dan nabi-nabi sebelum Islam. Tentu idealnya ungkapan iman tersebut bukan sekadar ungkapan verbal saja tetapi harus dilakukan dengan mengkaji secara lebih luas kitab-kitab suci sebelum Islam (termasuk Injil).
Upaya mengkaji yang lebih luas terhadap kitab-kitab suci merupakan salah satu langkah yang harus ditempuh. Buku ini merupakan contoh upaya tersebut. Biarlah lebih banyak lagi umat Kristiani yang membaca Al Quran dan lebih banyak lagi kaum Muslim yang mempelajari Injil, sehingga pemahaman dan rekonsiliasi lebih berkembang.
Bagi mereka yang ingin meneliti arti pentingnya Yesus dalam Al Quran, pengetahuan mengenai Injil adalah esensial. Yesus tidak sekadar figur masa lalu, yang hanya bermakna dalam lingkungan tradisi Yudea-Kristen, tetapi lebih dari itu, sebuah universalitas muncul dalam Injil sebagaimana ditunjukkan dalam Al Quran.
Al Quran menyebut Yesus sebagai "sebuah tanda bagi alam semesta" (Q. 21:91) dan dia diutus "untuk Kami jadikan tanda bagi manusia" (Q. 19:21). Buku ini sangat menarik dan kita akan ditunjukkan betapa kayanya narasi Al Quran tentang figur Yesus.
Jumat, 27 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar